Energi Ilahiah Basmalah

Bismillahirrahmanirrahim
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah: 1)

Entah berapa kali lafadz basmalah “bismillahirrahmanirrahim” meletup dari bibir kita sepanjang hari. Mengawali seremonial ritual keagamaan dan aktivitas kemanusiaan yang kita lakukan. Bagi seorang mukmin, mengucapkan basmalah dengan kesadaran penuh adalah upaya melepaskan ketergantungan (dependensi) dan belenggu hati nurani dari cengkeraman dunia benda, dan menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah. Lafadz basmalah bukan hanya untuk diucapkan, tetapi dirasakan. Bukan hanya untuk dipahami, tetapi dihayati.

Sebagian ulama mengartikan “bismillah” dengan makna “Atas Nama Allah”. Kita mewakili Allah. Luar Biasa. Sebagai khalifah kita mewakili-Nya. Menerjemahkan segala sesuatu yang menjadi misi Allah; menjadikan manusia dan kehidupan manusia senantiasa berada dalam jalur keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat. Persoalannya, patutkah kita menjadi wakil-Nya, apabila pikiran, sikap, perkataan, dan perbuatan kita tidak mencerminkan sifat-sifat Allah? Menjadi wakil Allah berarti ketulusan dan keikhlasan untuk bersandar pada setiap aturan yang telah menjadi ketentuan-Nya.

Dengan membaca basmalah, kita meyakini dan berharap bahwa pekerjaan kita akan berakhir sukses dan husnul khotimah karena mendapat bimbingan Allah dan memperoleh berkah serta ridha-Nya. Allah sendiri memulai kitab-Nya, Al-Quran, dan memulai hampir semua surah Al-Quran dengan basmalah, seperti ketika memerintahkan Nabi-Nya sejak dini sebagaimana terpotret pada wahyu pertama untuk melakukan pembacaan dan aktivitas lainnya dengan nama Allah. Seperti juga disinyalir oleh Muhammad Abduh, “Al-Quran adalah pemimpin dan teladan kita. Basmalah yang mengawalinya mengajarkan kepada kita bahwa suatu pekerjaan mesti dimulai dengan basmalah. Namun Al-Quran menghendaki kita mengucapkannya secara lengkap. Maksudnya, kita tidak hanya menyebutkan salah satu nama Allah untuk mencari berkah-Nya dan meminta pertolongan-Nya.” Ini semua adalah isyarat betapa di dalam lafadz basmalah terkandung energi ketuhanan yang maha dasyat sekaligus sebagai sebagai senjata pembuka bagi terkuaknya pintu rahmat Allah yang terhampar luas di bumi dan di langit.

Dalam konteks betapa urgennya memulai segala pekerjaan (usaha) dengan basmalah, Rasulullah saw. bersabda, “Setiap pekerjaan (urusan) yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut “Bissmillaahirrahmanirrahiim”, maka pekerjaan (urusan) itu akan pincang” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah).

Di mana letak cacatnya jika kita bekerja tanpa mengucapkan basmalah? Cacatnya karena kita melupakan Allah. Kita lupa bahwa semua kekuatan untuk bekerja itu merupakan karunia Tuhan. Hadits di atas juga mengajarkan bahwa setiap pekerjaan (usaha) yang dimulai dengan menyebut Nama Allah akan mendapat berkah dari Allah. Artinya, pekerjaan (usaha) yang kita mulai dengan mengucapkan basmalah senantiasa berada dalam kondisi baik dan selamat, dan terhindar dari segala marabahaya destruktif. Kita harus selalu dalam posisi sadar, bahwa setiap pekerjaaan (aksi) pasti disertai dengan halangan atau rintangan (reaksi). Tidak ada pekerjaan yang bebas dari halangan. Ada halangan yang sudah kita ketahui sejak awal, namun yang tersembunyi jelas lebih banyak dan variatif. Menyikapi halangan sebagai bagian dari romantika pekerjaan (usaha) adalah modal penting untuk meraih hasil maksimal dalam bekerja. Yakinlah, semua halangan dan rintangan yang melilit pekerjaan (usaha) kita tak lepas dari campur tangan Allah. Sebagai ujian atas sikap kita yang kadang tidak proporsional dan profesional. Tak ada pilihan lain, kecuali menyikapinya secara ikhlas, cerdas, tangkas, karena sesungguhnya kemampuan menyikapi segala bentuk rintangan adalah cermin mengukur kadar keimanan, kesungguhan, dan profesionalitas kita dalam bekerja.

Dengan menyebut basmalah saat memulai pekerjaan (usaha), bukan saja menurutsertakan Allah dalam pekerjaan itu, tetapi juga memohon kepada Allah untuk melenyapkan segala rintangan dan halangan untuk kelancaran pekerjaan itu.

Membaca basmalah setiap memulai pekerjaan juga berimplikasi positif bagi pelakunya, di mana ia akan senantiasa berada pada posisi menyebut, mengingat, memahami dan menyadari eksistensi Allah. Kesadaran inilah yang akan membuahkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Satu kondisi kejiwaan yang mampu memompa kinerja seseorang untuk bekerja secara maksimal. Sementara orang yang berpaling dari menyebut nama Allah setiap melakukan suatu pekerjaan, hatinya akan senantiasa berlumur kegelisahan dan keresahan. Yang pada gilirannya akan melemahkan sendi-sendi jasmani dan rohaninya. Selain juga menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit fisik dan psikis.

Jelas, seseorang yang melakukan pekerjaan dengan hati yang tenang dan tentram, sekalipun pekerjaan yang dilakukan cukup berat, dia akan merasa enjoy dan menikmati. Tidak ada keluhan. Etos kerjanya selalu stabil pada titik maksimal. Produktivitas kerjanya senantiasa menanjak naik dari detik ke detik. Kerja baginya tidak lagi sekadar aktivitas fisik melainkan refleksi totalitas sebagai hamba Allah. Ketenangan dan ketentraman jiwa saat bekerja adalah kunci fundamental bagi lahirnya produk pekerjaan yang berkualitas.

Sementara pekerjaan yang dilakukan pada saat kondisi psikologi labil, resah, gelisah, sudah tentu hasil pekerjaan itu tidak akan berkualitas, malah bisa jadi pekerjaan itu gagal total bahkan kontra produktif bagi pelakunya. Naudzubillah!

Di sinilah makna pentingnya basmalah bagi kehidupan kita. Ia mampu mengubah energi negatif menjadi positif. Ia mampu menstabilkan jiwa seseorang ketika melakukan aktivitas. Hanya dengan basmalah, suatu pekerjaan akan bermutu, berkualitas, bermanfaat, dan berkah.

Tinggalkan komentar